Kata Pengantar
Alhamdulillah
segala puji hanyalah bagi Allah SWT, Tuhan pengatur semesta alam yang maha
pengasih lagi maha penyayang. Hanya atas perkenan, rahmat, dan karunia-Nya,
serta atas bantuan semua pihak, makalah ini dapat diselesaikan. Dewasa ini, dunia
perekonomian mengalami perubahan yang sangat pesat karena dipengaruhi beberapa
faktor yang menyebabkan arus kemajuan global perekonomian yang tidak dapat dibendung.
Salah
satu aspek yang mendorong kemajuan tersebut adalah perusahaan perseorangan yang
merupakan subfaktor pendukung terhadap negara menjadi maju dari aspek ekonomi.
Karena perusahaan merupakan faktor utama dari negara untuk maju ke depannya. Oleh
karena itu, makalah ini akan membahas tema “ Perusahaan Perseorangan” dengan
contoh kasus usaha warteg, usaha yang kadang dipandang sebelah mata, namun
mempunyai andil yang besar bagi masyarakat juga pemerintah.
Kami
menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan baik dari segi
penyajian maupun materinya. Hal ini disebabkan oleh terbatasnya kemampuan dan
pengetahuan kami. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik
dari semua pihak yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah. Kami
berharap semoga makalah ini akan memberi manfaat, khususnya bagi kami, serta
bagi semuanya. Aamiin.
Jakarta, September
2016
Penyusun
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR ........................................................................................
1
BAB I
PENDAHULUAN .................................................................................
3
1.1 Latar
Belakang ..............................................................................................
3
1.2 Rumusan
Masalah .........................................................................................
4
1.3 Tujuan
...........................................................................................................
5
BAB II
PEMBAHASAN ..................................................................................
6
2.1 Pengertian
Perusahaan Perseorangan.............................................................6
2.2 Peranan Warteg dalam Perekonomian
Negara..............................................7
2.3
Cara Meningkatkan Keuntungan di
Usaha Kecil&Menengah......................9
2.4 Meningkatkan Kinerja Produksi di Usaha
Kecil&Menengah......................10
BAB III PENUTUP
.........................................................................................
13
3.1 Kesimpulan
.................................................................................................
13
3.2 Kritik dan
Saran ..........................................................................................
13
DAFTAR PUSTAKA …………………….….................................................
14
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Negara
berkembang seperti Indonesia di dalamnya banyak perusahaan yang tergolong dalam
perusahaan perseorangan. Perusahaan perseorangan merupakan perusahaan yang
tidak berbadan hukum walaupun perusahaan itu merupakan perusahaan dagang yang
besar. Ini dikarenakan subjek hukumnya adalah orang-orang yang menjadi pengurusnya,
jadi bukan badan usaha itu sendiri karena ia bukanlah hukum sehingga tidak
dapat menjadi subjek hukum. Harta perusahaan bersatu dengan harta pribadi para
pengurus atau anggotanya. Akibatnya kalau perusahaannya pailit, maka harta
pengurus atau anggotanya ikut tersita juga.
Macam-macam
perusahaan perseorangan antara lain toko kelontong, toko pakaian, perusahaan
konstruksi lokal, usaha laundry, tukang bakso keliling, warteg, dan lain-lain.
Di kota besar seperti Jakarta, tidak jarang kita temui warteg di sudut-sudut
kota. Baik yang sudah lama berdiri seperti warteg Warmo, sampai dengan warteg
yang baru berdiri sekalipun menjamur sekali di kota ini. Karena banyaknya
pengusaha warteg di Jakarta, para pengusaha warteg ini pun mempunyai inisiatif
untuk mendirikan perhimpunan kowarteg (Koperasi Warung Tegal) yang bertujuan
untuk menjalin kerjasama dan membantu anggotanya melalui wadah koperasi
tersebut.
Banyaknya
pendatang dari daerah ke Jakarta tentu menjadi alasan utama mengapa Warung
Tegal makin bertambah jumlahnya dan makin kuat eksistensinya. Dalam arti,
banyak dari mereka yang bekerja di wilayah Jakarta dan sekitarnya sebagai buruh
bangunan, buruh pabrik, tukang becak, sopir bus, dan profesi blue collar
lainnya yang umumnya berpenghasilan rendah, menggantungkan kebutuhan makan mereka
pada warteg.
Penghasilan
yang rendah dan keberadaan warteg sudah pasti dihubungkan dengan kemampuan
finansial untuk mencari biaya makan yang murah. Maklum saja, biaya hidup di
kota-kota besar begitu tinggi. Sehingga dengan kondisi demikian, warteg menjadi
solusi tersendiri bagi kaum ekonomi menengah ke bawah untuk menikmati makan
yang murah meriah. Selain itu, target konsumen mereka adalah para mahasiswa
daerah yang indekost. Tidak heran kalau di daerah kampus, warteg dapat dicari
dengan mudah.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa
definisi perusahaan perseorangan?
2.
Bagaimana peranan warteg dalam
pergerakan ekonomi negara?
3.
Bagaimana cara meningkatkan keuntungan
di bidang usaha kecil dan menengah khususnya warteg?
4. Bagaimana
cara meningkatkan mutu kinerja warteg sebagai usaha kecil dan menengah dalam
produksi dan produktivitas?
1.3 Tujuan
Adapun
tujuan yang dapat diambil adalah sebagai berikut :
a. Mengetahui
definisi perusahaan perseorangan dengan ciri-cirinya.
b. Mengetahui
peranan warteg sebagai usaha perseorangan dalam menggerakkan perekonomian.
c. Mengetahui
cara meningkatkan keuntungan dalam perusahaan perseorangan, dalam hal ini
diwakili warteg.
d. Mengetahui
cara meningkatkan mutu, kinerja produksi, dan produktivitas warteg sebagai
rumah makan.
BAB II
Pembahasan
Perusahaan
perseorangan adalah suatu perusahaan atau bisnis yang dimiliki oleh pemilik
tunggal sedangkan pengusaha perorangan adalah pemilik dari suatu perusahaan
perseorangan. Bagi yang hendak memulai bisnis kecil, bentuk perusahaan
perseorangan atau yang juga dikenal dengan usaha dagang adalah bentuk yang
dipandang paling sesuai. Perusahaan perseorangan merupakan bentuk badan usaha
yang biasanya didirikan oleh individu dan dikelola secara mandiri oleh satu
orang. Umumnya modal untuk sebuah perusahaan perseorangan juga berasal dari
satu orang saja.
Semua
orang bebas berkembang membuat bisnis personal tanpa ada batasan untuk
mendirikannya. Dari segi permodalan pengusaha perseorangan dapat saja
mendapatkan pinjaman dari kreditor untuk operasional perusahaan, tetapi tidak
berarti pinjaman itu sebagai bukti kepemilikan lain dari orang tersebut. Akibat
dari adanya utang tersebut pemilik bertanggung jawab langsung dalam pelunasan
utang tersebut dan apabila terjadi keuntungan, pengusaha tidak perlu membagi
keuntungannya kepada kreditor.
Perusahaan
perseorangan adalah perusahaan yang paling digemari oleh masyarakat karena
bentuk usaha ini di kelola oleh satu orang yang mengendalikan semua keputusan
dan menerima seluruh profit serta bertanggung jawab atas semua utang dan
kewajiban.
Laba
yang dihasilkan oleh perusahaan perseorangan adalah menjadi milik pribadi yang
diterima oleh para pengusaha tersebut dan terkena pajak yang diwajibkan oleh
pemerintah.
Ciri-ciri
dari perusahaan perseorangan sebagai berikut :
1. Relatif mudah didirikan dan juga
dibubarkan
2. Tanggung jawab tidak terbatas dan bisa
melibatkan harta pribadi
3. Tidak ada pajak, yang ada adalah
punggutan dan retribusi
4. Seluruh keuntungan dinikmati sendiri
5. Roda perusahaan diatur secara pribadi
6. Dapat dipindah tangankan
7. Jangka waktu perusahaan tidak terbatas
atau seumur hidup.
2.2
Peranan Warteg dalam Ekonomi Negara
Pada kurun tahun 1970-an ketika arus urbanisasi
besar-besaran mulai terjadi di Jakarta dan kota-kota besar di Indonesia, para
pendatang yang mayoritas berasal dari Tegal dan Slawi mencoba peruntungannya di
bidang usaha makanan. Pendorong utamanya jelas, bahwa orang-orang Tegal yang
merantau memandang kota-kota besar, seperti Jakarta dan sekitarnya merupakan
lahan bisnis yang menjanjikan. Mereka pun menamakan warung nasinya dengan nama warteg,
karena memang dimiliki oleh orang-orang Tegal. Hampir seluruh usaha rumah makan
tersebut di wilayah manapun diberi label “Warteg”. Ini bukan bisnis franchise,
tapi istilah warteg itu sendiri memang betul-betul sudah menjadi brand image
atau dengan kata lain sudah menjadi istilah yang merakyat di mata masyarakat Indonesia
sampai saat ini.
Di Jakarta sendiri ada satu nama warteg yang diberi
nama Kharisma Bahari. Warteg ini sudah mempunyai cabang cukup banyak yang
tersebar di jabodetabek. Warteg ini mempunyai warna khas yaitu hijau dan kuning
pada warna dindingnya serta warna merah pada tulisannya sehingga orang-orang
pun mengenalinya dengan baik jika ia melewati warteg ini. Dengan mengusung
konsep warteg yang jauh lebih bersih ketimbang warteg lainnya, warteg ini
sukses mengumpulkan omzet sebanyak 1 juta hingga 5 juta rupiah per hari tergantung
luas tempatnya. Dan kini, warteg Kharisma Bahari sudah ekspansi hingga 92
cabang di sekitaran Jakarta.
Di Jakarta saja, jumlah warteg sebanyak 25.000 buah.
Misalnya, omzet yang didapat 2 juta rupiah per hari maka akan didapat data perputaran
uang sebanyak 50 miliar per harinya di Jakarta hanya dari konsumen dan pihak
warteg saja. Belum lagi, pihak supplier bahan mentah makanan dan minuman,
penyedia ruangan sewa (bagi warteg yang sewa), perparkiran di depan warteg.
Maka warteg seharusnya dibuatkan aturan-aturan dari pemerintah yang jelas dan
berpihak pada warteg dan konsumennya.
2.3
Meningkatkan Keuntungan di Bidang Usaha Warteg
Pertama,
jangan selalu memandang bisnis itu identik dengan uang atau keuntungan usaha
yang besar. Jika itu satu-satunya alasan untuk menjalankan sebuah bisnis,
kemungkinan besar tidak akan berhasil. Mengapa? Karena hampir bisa dipastikan,
bulan-bulan atau tahun-tahun pertama kita memulai usaha, kita akan lebih banyak
mengeluarkan uang. Misalnya saja, nasi dan lauk pauk yang tidak terjual karena
faktor brand image yang belum tertanam di masyarakat.
Kedua,
dengan kondisi yang masih terlalu dini dalam bisnis barunya, order dengan
jumlah keuntungan usaha yang kecil seharusnya bisa dijadikan pengalaman.
Suatu perjalanan dimulai dengan sebuah
langkah, dan mulailah dengan langkah yang kecil. Keuntungan usaha itu tidak
hanya berupa materi, tapi bisa juga non materi seperti pengalaman, pengetahuan
bahkan kepuasan pribadi.
Ketiga,
jangan pernah menolak konsumen yang membeli dalam jumlah kecil.Kita harus tahu
bahwa salah satu kebiasaan dari smart konsumen adalah “tidak membeli dalam
jumlah besar” di awal pembelian. Mereka cenderung melakukan pembelian
coba-coba. Nah, database pelanggan inilah yang sangat dibutuhkan. Memang pada
awalnya, keuntungan usaha sedikit. Tapi
setelah itu, kita bisa menggunakan 2 cara untuk meningkatkan keuntungan usaha.
Caranya dengan :
1.
Up Sell
Kita
menawarkan versi produk atau jasa lebih. Contohnya, misalkan kita menjual nasi,
ayam goreng dan es teh manis. Anggap keuntungan usahanya hanya 3 ribu rupiah.
Memang terhitung kecil.Namun, jika kita melayani dengan penuh senyum dan
kesabaran, konsumen pasti merasa bahagia dan keesokan harinya, kita coba berikan
penawaran menarik kembali dengan versi yang lebih tinggi, seperti ada dua jenis
es teh manis, yaitu gelas sedang, gelas besar, dan gelas jumbo. Ini akan
menambahkan sedikit keuntungan untuk kita.
2.
Cross Sell
Kita
menawarkan lebih dari yang konsumen cari. Contoh cross sell yaitu, misalnya
kita hanya membeli ayam goreng saja, dengan sigap pelayannya akan menawari kita
“Oreknya mase?”. Kemudian dia menawarkan lagi “Sambal, kuah mase?” Kemudian
kita ditawari lagi “Minumnya apa mase?”.
Dan
hebatnya, menurut hasil survei pasar, presentase keberhasilan teknik penawaran
seperti ini mencapai 70 hingga 80%.
2.4
Cara Meningkatkan Mutu Kinerja Warteg dalam Produksi dan Produktivitas
Dalam
kehidupan sehari-hari kita sering mendengar kata produksi dan produktivitas.
Berikut beberapa pengertiannya:
“Produksi adalah pengubahan bahan-bahan dari
sumber-sumber menjadi hasil yang diinginkan oleh konsumen. Hasil tersebut dapat
berupa barang ataupun jasa. Selain itu produksi juga merupakan suatu kegiatan
memproses input (faktor produksi) menjadi suatu output.”
“Produktivitas adalah sebuah konsep yang
menggambarkan hubungan antara hasil (jumlah barang yang diproduksi) dengan
sumber (jumlah tenaga kerja, modal, tanah, energi, dan sebagainya) yang dipakai
untuk menghasilkan hasil tersebut”
Dalam
suatu proses produksi dan produktivitas perusahaan perseorangan, adakalanya
mengalami kendala dan hambatan yang dialami. Hal ini karena proses dalam
kinerja dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor tertentu. Faktor-faktor tersebut
dapat memberi pengaruh yang cukup besar.
Dalam
peningkatan produksi dan produktivitas, peran manajemen sangat diperlukan. Di
bidang ini, manajemen memiliki lingkup ruang tersendiri, yaitu manajemen
produksi. Dalam melakukan kegiatan produksi ada berbagai faktor yang harus
dikelola yang sering disebut sebagai faktor – faktor produksi yaitu :
- Bahan makanan
- Peralatan
- Manusia atau karyawan
- Modal atau uang
- Manajemen yang akan memfungsionalisasikan keempat faktor yang lain
Dengan
demikian manajemen produksi berkaitan dengan pengelolaan faktor– faktor
produksi sedemikian rupa sehingga keluaran (output) yang dihasilkan sesuai
dengan permintaan konsumen baik kualitas, harga maupun waktu penyampaiannya.
Manajemen produksi (operasi) bertanggung
jawab atas dihasilkannya keluaran (output) baik yang berupa produk maupun jasa
yang sesuai dengan permintaan dan kebutuhan konsumen dengan kualitas yang baik
dan harga yang terjangkau serta disampaikan tepat pada waktunya.
Bertitik
tolak dari tanggung jawab ini maka ukuran kinerja suatu sistem operasi dapat
diukur dari :
1.
Ongkos Produksi
Ongkos
produksi ini meliputi semua biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan makanan
yang enak untuk konsumen. Dengan ongkos produksi yang murah diharapkan bahwa
makanan dapat dipasarkan dengan harga yang dapat dijangkau oleh konsumen.
2.
Kualitas Produk
Kenyataan
menunjukan bahwa konsumen tidak hanya memilih makanan yang harganya murah namun
juga makanan yang berkualitas, oleh sebab itu baik buruknya suatu sistem
produksi juga diukur dari kualitas makanan yang dihasilkan oleh warteg
tersebut. Ukuran kualitas makanan yang dimaksudkan disini tentunya yang
disesuaikan dengan selera konsumen bukan ukuran kualitas secara bahan semata.
3.
Tingkat Pelayanan
Bagi
konsumen untuk menilai baik buruknya suatu warteg lebih dinilai dari pelayanan
yang dapat diberikan oleh warteg kepada konsumen itu sendiri.
BAB III
Penutup
3.1
Kesimpulan
Warteg
merupakan salah satu contoh brand yang dapat mengaplikasikan strategi pemasaran
yang cukup baik sehingga dapat membawanya menjadi market leader di bidang rumah
makan kelas menengah ke bawah. Warteg juga secara tidak sadar menggerakkan
perekonomian rakyat karena sudah membantu perputaran uang di kota-kota besar di
Indonesia.
3.2
Kritik dan Saran
Warteg
haruslah lebih bersolek agar tidak tersaingi oleh rumah makan sekelas warteg
yang lainnya. Dan ini sudah diawali dengan baik oleh warteg Kharisma Bahari
yang tetap menjaga kebersihannya agar tidak dipandang sebelah mata lagi oleh
orang-orang. Namun, bagi warteg yang sukses membuka cabang jangan terus membuka
cabang sebanyak-banyaknya tapi buatlah dulu standardisasi pembuatan warteg agar
jarak warteg yang satu dengan warteg yang lain agak jauh dan tetap mengutamakan
persaudaraan sesama pengusaha warteg.
Daftar Pustaka
DH
Basu Swastha DR. 1998. Pengantar Bisnis Modern. Liberty : Yogyakarta.
http://www.tribunnews.com/travel/2015/10/22/pemilik-warteg-ini-sukses-ekspansi-hingga-92-cabang-di-jakarta-sekitarnya-ini-dia-rahasianya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar